Resimen XXIV Angkatan XXV Polda Maluku

Selamat datang di Blog Resimen XXIV Angkatan XXV Polda Maluku di sinilah anda dapat menemukan Informasi tentang Polri khususnya Resimen XXIV Angkatan XXV Polda Maluku dan Jajaran....

Apabila ada pertanyaan atau masukan silahkan dimasukan..
Resimen XXIV Angkatan XXV Polda Maluku akan selalu berkembang sesuai perkembangan Zaman dan selalu berpegang pada TRIBRATA dan CATUR PRASETYA..

Jayalah Resimen XXIV Angkatan XXV Polda Maluku

Kamis, 25 Juni 2009

Angkatan XXV Resimen XXIV

Pendidikan Pembentukan Bintara Polri Gelombang II Tahun Ajaran 2004 Angkatan XXV Polda Maluku yang di didik di 5 ( lima ) tempat : SPN Passo ( Polda Maluku ) , Sepolwan ( Ciputat ), Pusdik Brimob (Kelapa Dua), Pusdik Intelkam (Bandung) , Pusdik Pol Airud (Pondok Dayung)



yang mendidik putra putri bangsa sebanyak 470 orang terdiri dari 422 orang putra (SPN Passo), 8 orang putra (Pusdik Intelkam), 20 orang putra (Pusdik Brimob),10 orang Putra (Pusdik Polairud) dan 20 orang putri (Sepolwan Semarang) yang di rekrut menjadi Pelindung, Pengayom Dan Pelayan Masyarakat serta menjadi apdi negara yang berpedoman kepada:





TRIBRATA

Kami Polisi Indonesia

1. Berbakti kepada nusa dan bangsa
dengan penuh ketaqwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.

2. Menjunjung tinggi kebenaran,
keadilan dan kemanusiaan
dalam menegakkan hukum
Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945.

3. Senantiasa melindungi,
mengayomi dan melayani masyarakat
dengan keikhlasan untuk mewujudkan
keamanan dan ketertiban.


CATUR PRASETYA

Sebagai insan Bhayangkara
kehormatan saya adalah berkorban
demi masyarakat, bangsa dan negara,
untuk:

1. Meniadakan segala bentuk
gangguan keamanan

2. Menjaga keselamatan jiwa raga,
harta benda, dan hak asasi Manusia

3. Menjamin kepastian
berdasarkan hukum

4. Memelihara perasaan tenteram
dan damai


kami di didik di Lembaga Pendidikan Selama 5 (lima) Bulan di lemdik masing-masing trus melaksanakan Magang Selama 5 (lima) Bulan untuk mempraktekan ilmu yang kita dapat pada saat di Lemabag Pendidikan di Satuan Kewilayahan Antara Lain :

1. Direktorat Samapta Polda

2. Satuan Brimobda Polda Maluku

3. Direktorat intelijen Polda Maluku

4. Satuan Polairud Polda Maluku

5. Polres Pulau Ambon dan PP Lease Polda Maluku

6. Polres Maluku Tengah Polda Maluku

7. Polres Maluku Tenggara Polda Maluku


Setela melaksanakan Magang Kami Kembali seluruhnya ke SPN Passo Polda Maluku untuk melaksanakan Pembulatan selama 1 (satu) bulan, yaitu membandingkan/tukar pendapat mengenai Ilmu yang kita dapat semala pendidikan dan selama melaksanakan magang.


setelah itu kami di lantik menjadi Brigadir Polisi Dua Atau Bripda, setelah itu kami di Gembleng Kembali selama 1 (satu) bulan di Satuan Elit Polri Polda Maluku yaitu " DETASEMEN KHUSUS 88 ANTI TEROR POLDA MALUKU" untuk di bentuk kembali secara Fisik, setelah itu kami di tempatkan di seluruh Wilayah hukum Polda Maluku dari Ujung Halmahera Samapai Tenggara Jauh....................


Kami keseluruhan tersebar di seluruh Jajaran Polda Maluku, kebanggaan kami adalah Spinde corps kami sanagat besar.................





Angkatan yang sangat kompak di seluruh Polda Maluku dan mungki se indonesia, kebanggaan kami adalah pada saat Korps Raport yang di laksanakan serentak di seluru Indonesia......................


angkatan yang pernah di beri julukan sama Kapolda Maluku dengan Para perwira "Angkatan Paling Bandel yaitu Angkatan XXV Resimen XXIV"


"JAYALAH DIK TUK BA POLRI"

ANGKATAN XXV RESIMEN XXIV

POLDA MALUKU


BRIPDA FRENS RIRIHENA




BRIPDA BOY PUSUARA



BRIPDA SOFIA ALVONS DAN BRIPDA NORLENSA PATTINAMA



BRIPDA JENET LUHUKAY



BRIPDA FITRIYANI

BRIPDA ROMELD TAHITU

BRIPDA YUDIET SAUREKA


BRIPDA NEW FRANS PANJAITAN


BRIPDA AMANTO PASULE


BRIPDA SITI HADIJA




COMUNITING INTELEJEN



BRIPDA TILAAR KEWILAA DAN BRIPDA RISYE RAJAWANE






BRIPDA MORTHEN AIHUAN



BRIPDA VELIX HAURISA DAN BRIPDA REMI HATTU



BRIPDA.ABD,AZIZ









TENTANG POLRI




Makna Lambang Polri


Lambang Polisi bernama Rastra Sewakottama yang berarti "Polri adalah Abdi Utama dari pada Nusa dan Bangsa." Sebutan itu adalah Brata pertama dari Tri Brata yang diikrarkan sebagai pedoman hidup Polri sejak 1 Juli 1954.

Polri yang tumbuh dan berkembang dari rakyat, untuk rakyat, memang harus berinisiatif dan bertindak sebagai abdi sekaligus pelindung dan pengayom rakyat. Harus jauh dari tindak dan sikap sebagai "penguasa". Ternyata prinsip ini sejalan dengan paham kepolisian di semua Negara yang disebut new modern police philosophy, "Vigilant Quiescant" (kami berjaga sepanjang waktu agar masyarakat tentram).

Prinsip itu diwujudkan dalam bentuk logo dengan rincian makna sbb:

Perisai bermakna pelindung rakyat dan negara.

Tiang dan nyala obor bermakna penegasan tugas Polri, disamping memberi sesuluh atau penerangan juga bermakna penyadaran hati nurani masyarakat agar selalu sadar akan perlunya kondisi kamtibmas yang mantap.


Pancaran obor yang berjumlah 17 dengan 8 sudut pancar berlapis 4 tiang dan 5 penyangga bermakna 17 Agustus 1945, hari Proklamasi Kemerdekaaan yang berarti Polri berperan langsung pada proses kemerdekaan dan sekaligus pernyataan bahwa Polri tak pernah lepas dari perjuangan bangsa dan negara.

Tangkai padi dan kapas menggambarkan cita-cita bangsa menuju kehidupan adil dan makmur, sedangkan 29 daun kapas dengan 9 putik dan 45 butir padi merupakan suatu pernyataan tanggal pelantikan Kapolri pertama 29 September 1945 yang dijabat oleh Jenderal Polisi Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo.

3 Bintang di atas logo bermakna Tri Brata adalah pedoman hidup Polri. Sedangkan warna hitam dan kuning adalah warna legendaris Polri.


Warna hitam adalah lambang keabadian dan sikap tenang mantap yang bermakna harapan agar Polri selalu tidak goyah dalam situasi dan kondisi apapun; tenang, memiliki stabilitas nasional yang tinggi dan prima agar dapat selalu berpikir jernih, bersih, dan tepat dalam mengambil keputusan.

 
Sekilas Tentang Satuan Kapolisian



Detasemen Khusus 88 Anti Teror



Pascaperistiwa bom Bali 12 Oktober 2002, Kepala Kepolisian RI segera membentuk satuan khusus untuk menyelidiki, menangkap, dan membongkar jaringan teroris yang berada di balik peristiwa bom Bali. Pada 30 Juni 2003, satuan khusus tersebut diresmikan dengan nama Detasemen Khusus 88 Anti Teror (Densus 88/AT) yang berada di bawah Struktur Badan Reserse Kriminal Polri. Pada 2008, keberadaan detasemen berlogo burung hantu berwarna hitam dan abu-abu ini diperbesar hingga ke tingkat Kepolisian Daerah. Selain berhasil menangkap pelaku dan membongkar jaringan pelaku bom Bali 2002, Densus 88/AT berhasil mengatasi berbagai kasus tindak terorisme di Indonesia.










Direktorat Polair Babinkam Polri



Tugas penegakan hukum di wilayah perairan Indonesia merupakan bagian dari tanggung jawab Kepolisian RI. Untuk itu, pada 1951 Kepolisian RI membentuk polisi perairan (Polair). Organisasi Polair terus dikembangkan dan mengalami beberapa kali perombakan.

Pada 2002, Pemerintah RI menetapkan status kemandirian Kepolisian RI sehingga kedudukan Kepala Kepolisian RI berada langsung di bawah Presiden RI. Pada tahun yang sama, Polri membentuk Direktorat Polisi Perairan Badan Pembinaan dan Keamanan Polri (Dit Pol Air Babinkam Polri). Keberadaan Dit Polair juga terdapat pada tingkat Kepolisian Daerah (Polda).












NCB Interpol Indonesia



International Criminal Police Organization atau disebut juga ICPO-Interpol adalah organisasi kerjasama untuk penanganan tindak kejahatan lintas-negara. Pada 1954, Indonesia menjadi anggota ICPO-Interpol dan mendirikan National Central Bureau (NCB) sebagai biro kerjasama instansi kepolisian antarnegara dalam lingkup ICPO-Interpol. Kepala NCB-Interpol Indonesia dijabat oleh Kepala Kepolisian RI dan jabatan pemimpin pelaksana harian berada di tangan Sekretaris NCB-Interpol Indonesia. Selain penanganan tindak kejahatan lintas negara, seluruh kerjasama luar negeri yang melibatkan unsur Polri dilakukan dalam koordinasi NCB-Interpol Indonesia






Satuan Musik Denmabes Polri



Satuan Musik Polri pada awalnya bernama
Korps Musik Polisi (KMP). Atas perintah
lisan Kepala Kepolisian Negara RI pertama,
Jenderal Polisi Raden Said Soekanto
Tjokrodiatmodjo, Direktur Sekolah Polisi
Negara (SPN) Mertoyudan, R. Soebarkah,
meminta R.A.J Soedjasmin membentuk KMP
pada 1947. Pada awalnya, KMP berada
di dalam kegiatan SPN. Seperti organisasi
lain di tubuh Kepolisian RI, keberadaan
KMP mengalami perkembangan hingga
kemudian menjadi Satuan Musik Detasemen
Markas Besar (Satsik Denmabes) Polri.
Hingga saat ini, selain menjalankan tugas
protokoler kenegaraan, Satsik Denmabes
juga aktif dalam pembinaan musik bagi masyarakat.
















Sekolah Polisi Wanita



Pada 1 Desember 1948, Sekolah Polisi Negara (SPN) Bukittinggi membuka kesempatan bagi wanita untuk masuk pendidikan Inspektur Polisi. Enam wanita lulus dalam pendidikan tersebut dan kemudian menjadi perintis pembentukan Polwan. Lewat perjalanan yang panjang, Sekolah Polisi Wanita (Sepolwan) terbentuk pada 1984 dari lembaga yang sebelumnya bernama Pusat Pendidikan Polwan (Pusdik Polwan).











Pusat Laboratorium Forensik Polri



Cikal bakal Puslabfor terbentuk di Jakarta pada 15 Januari 1954. Pada 16 April 1957, Kantor Polisi Komisaris Jawa Timur mendirikan Laboratorium kriminil (Labkrim) Cab. Surabaya dengan bantuan Depot Pharmasi Departemen Kesehatan RI di Surabaya dan Kamar Mayat RS. Dr. Soetomo Surabaya. Penyempurnaan awal Labkrim menjadi Laboratorium Kepolisian Negara terjadi pada 1960. Lembaga yang bertugas melakukan penyelidikan forensik ini telah beberapakali mengalami perombakan struktur kelembagaan hingga akhirnya pada 2002 berada di bawah Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri.











Brigade Mobil



Brigade Mobil (Brimob) berasal dari kesatuan Veld Politie di masa pemerintah kolonial Hindia Belanda dan Tokubetsu Keisatsutai di masa Pendudukan Jepang yang berarti Polisi Istimewa atau Polisi Bersenjata. Fungsi polisi istimewa adalah sebagai unit reaksi cepat kepolisian untuk melakukan pengamanan tanpa menghadirkan kekuatan militer. Dari anggota Tokubetsu Keisatsutai, Kepolisian RI mem- bentuk kesatuan Polisi Istimewa dengan nama Mobile Brigade (Mobrig) pada 14 November 1946. Penyebutan Mobrig kemudian berganti menjadi Brigade Mobil pada 1961. Sepanjang sejarahnya, kesatuan Brimob terlibat dalam berbagai operasi keamanan dan menjaga keutuhan Republik Indonesia.









Sub Direktorat Satwa Polri



Keberadaan Kesatuan Satwa dalam Kepolisian RI sudah dirintis sejak 1952 oleh Kepala Kepolisian Malang. Pada saat itu, satwa yang digunakan dalam membantu kerja kepolisian hanyalah anjing, yang dilatih oleh Ny. Roll Moll, seorang perempuan Jerman. Pada 1959, terbentuklah Sub Seksi Brigade Anjing pada Seksi Kejahatan Dinas Reserse Kriminal yang bertempat di Kelapa Dua. Penggunaan nama Brigade Satwa dilakukan pertama kali pada 1970. Secara organisasi keberadaan satwa dalam tugas polisi ditempatkan dalam Subdirektorat Satwa Polri di bawah Direktorat Samapta Babinkam Polri berdasarkan SK Kapolri, pada 17 Oktober 2002. Saat ini, satuan ini juga memiliki binatang lain seperti kuda dan merpat

 



 


Kepolisian Udara



Pada 1951, kehadiran kepolisian udara diawali
dengan penetapan Polisi Perairan sebagai bagian
dari Jawatan Kepolisian Negara RI. Untuk
menunjang pelaksanaan tugas kepolisian dengan
menggunakan alat-alat kelengkapan udara,
Perdana Menteri RI memutuskan untuk membentuk
Seksi Udara pada Djawatan Kepolisian Negara
pada 5 Desember 1956.
Keberadaan polisi udara pada awalnya
ter- gabung dalam Jawatan Polisi Perairan dan
Udara Polri. Penyempurnaan organisasi dalam
tubuh Polri termasuk unsur polisi udara terus
dilakukan untuk memaksimalkan pelaksanaan
tugas kepolisian. Pada 2002, organisasi polisi
udara ditempatkan dalam Direktorat Polisi Udara
Badan Pembinaan dan Keamanan Polri.






 






Intelijen Polisi



Fungsi organik kepolisian mencakup kinerja intelijen kepolisian. Intelijenlah yang ber- tanggungjawab antara lain untuk mendeteksi dan memantau sumber ancaman sedini mungkin. Tugas ini diemban oleh Intelpampol (Intelijen dan Pengamanan Polri). Para petugas intelijen akan selalu berusaha mengidentifikasi berbagai sumber ancaman dan gangguan kamtibmas, khususnya yang berhubungan dengan tindak kriminalitas.

Selain bertugas mendeteksi dan memantau, Intelpampol juga bertugas menyelenggarakan pengamanan ke dalam tubuh Polri. Di samping itu, mereka juga melakukan pengamanan terhadap institusi kenegaraan, petinggi pemerintahan, dan orang asing penting. Seiring dengan hal tersebut, Intelpampol juga harus bisa membuat perkiraan keadaan (kirka) dengan tepat sehingga bisa mengantisipasi kamtibmas secara cepat sejak dini.

















Direktorat Samapta



Samapta Bhayangkara yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan sebutan satuan Sabhara Polri adalah salah satu dari fungsi teknis operasional Polri yang mengemban tugas utama bersifat preventif atau pencegahan. Patroli, pengaturan, penjagaan, dan pengawalan serta pelayanan masyarakat adalah tugas-tugas esensial bagi satuan ini, yang sasaran utamanya adalah menghilangkan atau sekurang-kurangnya meminimalisasi bertemunya niat dan kesempatan terjadinya pelanggaran atau kejahatan.

Tugas utama Sabhara adalah patroli, karena dengan patroli yang benar, bukan saja dicegah niat dan kesempatan berbuat jahat dari penjahat atau calon penjahat, tetapi sekaligus menarik simpati rakyat. Karena harus senantiasa siaga 24 jam sehari, kepolisian di seluruh dunia menjadikan satuan semacam ini sebagai divisi terbesar dalam kesatuannya.









Direktorat Lalu Lintas



Polisi Lalu Lintas (Polantas) bertanggung jawab atas tata tertib lalu lintas di jalan raya, unit ini membantu unsur-unsur lain dalam kepolisian untuk menangani pelanggaran hukum di jalan raya.

Untuk itu, ada empat langkah yang menjadi ciri utama tugas Polantas, yaitu penegakan hukum lalu lintas (baik preventif maupun represif), pendidikan masyarakat tentang lalu lintas, rekayasa lalu lintas, serta registrasi dan identifikasi pengemudi dan kendaraan bermotor.

Selain itu, Polantas melayani masyarakat dalam pengurusan STNK, SIM, dan menolong kecelakaan lalu lintas.



Layanan SIM keliling, aktif menjemput bola di lapangan.



Polisi menolong korban kecelakaan lalu lintas.




Gegana Polri



Sebagai pelaksana tugas Jihandak (Penjinakan bahan peledak), Gegana Polri selalu siaga terhadap semua ancaman bom.

Satu SMS masuk ke nomor layanan polisi 1717 pada 25 Maret 2009, berisi pesan: "Gedung DPR sebentar lagi akan meledak." Petugas Gegana Polda Metro Jaya segera mendatangi gedung DPR. Mereka menyisir gedung DPR dengan bantuan peralatan penjinak bom dan detektor bom.

Setelah dua setengah jam, petugas tidak menemukan bom. Satu hari sebelumnya, 24 Maret di malam hari, sebuah tas dengan dugaan berisi bom ditemukan di kawasan Gambir, Jakarta Pusat. Petugas Gegana datang, mengambil tas dimaksud, dan meledakkannya dalam alat khusus.


Pasukan Gegana dalam tugas di lapangan.


Gegana mengamankan persiapan perayaan Natal.



Penjinak bom Gegana dalam tugas.




Bareskrim



Badan Reserse dan Kriminal mengemban tugas pokok mencari dan menemukan pelaku pelanggaran hukum maupun kejahatan untuk diproses sesuai hukum yang berlaku. Karena lebih memfokuskan pada tindakan atau penindakan terhadap para pelanggar hukum, reserse Polri lebih dominan melakukan upaya represif daripada preventifnya. Karena tugasnya yang khas tersebut reserse sering disebut sebagai "jantung Polri".

Di dalam fungsi tugas reserse, hukum berfungsi sebagai yang melindungi hak-hak asasi warga negara sesuai aturan undang-undang. Reserse melakukan praktik-praktik kepolisian represif dari penyelidikan, pemanggilan, penangkapan, pemeriksaan, penggeledahan, penyitaan, sampai penahanan. Dan di reserse pula mekanisme sistem administrasi peradilan dalam rangka criminal justice system ter- selenggara.
















              LOGO POLDA SELURUH INDONESIA




























Sumber :

http://www.museumpolri.org